Our social:

Senin, 05 September 2016

Berita

Menguak Misteri Dalang Rusuh Jakmania

 

The Jakmania terlibat bentrokan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, Jumat tengah malam, 24 Juni 2016. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)




Jakarta - Brigadir Hanafi masih terkulai lemah di salah satu kamar perawatan Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Kondisinya yang kritis sejak menjadi korban kebrutalan suporter Persija atau Jakmania pada Jumat 24 Juni 2016 kini mulai membaik. Gerakan anggota tubuhnya sudah terlihat saat namanya dipanggil.
"Suruh ini itu sudah refleks. Komunikasi respons," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Awi Setiyono di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (26/6/2016).

Hanafi mengalami gegar otak dan babak belur saat bertugas mengamankan jalannya laga pertandingan antara Persija kontra Sriwijaya FC dalam ajang Torabika Soccer Championship 2016 di Gelora Bung Karno. Kala kerusuhan terjadi, ia tidak menyadari telah terpisah dari rekan-rekannya.
"Dia tidak sadar terpisah. Waktu kita bubarkan massa keluar dari GBK, waktu itu (Brigadir Hanafi) ditimpukin massa pas berhamburan keluar di Gate 7," ujar Awi.

Selain mengalami pemukulan, Brigadir Hanafi juga tertimpa pagar pembatas. Namun begitu, kejadian tersebut belum dipastikan apakah itu terkait perlakukan sengaja Jakmania atau faktor lain.
"Yang bersangkutan juga tertindih pagar pembatas masuk gate," ujar Awi.
Berdasarkan pemeriksaan diketahui Brigadir Hanafi mengalami tindak kekerasan menggunakan benda tumpul. Sejumlah luka parah dideritanya pada bagian kepala.
"Enggak (ada air keras). Brigadir Hanafi itu memang murni kekerasan benda tumpul. Robek terbuka di kepala, di dagu retak, pelipis kanan kiri retak, mata ada pukulan tumpul," ujar Awi.
Kerusuhan bermula saat seorang Jakmania nekat menerobos ke lapangan saat pertandingan tengah berlangsung. Akibat itu, pertandingan sempat terhenti. Petugas yang berjaga langsung menghalau sang penonton keluar lapangan agar pertandingan dapat kembali dilanjutkan.
Namun tak lama berselang, suporter Macan Kemayoran itu justru bertambah brutal. Mereka langsung merusak pagar pembatas di tribun penonton.
Suporter yang lekat dengan atribut warna oranye itu selanjutnya terlibat bentrok dengan aparat keamanan di Pintu III Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Aparat kepolisian yang mengamankan pertandingan pun dibuat kalang kabut dengan ulah anarkistis mereka. Tembakan gas air mata dilepaskan untuk membubarkan massa.

Akibat kejadian itu, lima anggota polisi terluka. Satu di antaranya Brigadir Hanafi.
Selain itu, mobil dinas polisi yang terparkir depan pintu III stadion juga jadi sasaran amuk massa. Mobil Nissan Terrano berwarna hitam pun hancur di bagian kaca depan pengemudi. Kaca mobil berpelat nomor B 1361 RFP itu hancur di sisi kiri dan kanannya.
Tak Ada Ampun
Dua hari usai kerusuhan di GBK, petugas kepolisian mencokok enam Jakmania yang diduga penganiaya polisi tersebut. Mereka ditangkap setelah identitasnya diketahui dari media sosial.
"Keenamnya itu kami tangkap karena melakukan hatespeech dan meng-upload foto (polisi korban pengeroyokan) di TKP (lokasi pengeroyokan)," jelas Awi saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (26/6/2016).

Sumber : liputan6.com

0 komentar:

Posting Komentar